Toyota Avanza adalah salah satu mobil paling populer di Indonesia. Namun, perbedaan biaya pajak tahunan antara Indonesia dan negara tetangga seperti Malaysia mencuri perhatian publik. Di Indonesia, pajak tahunan Toyota Avanza bisa mencapai Rp4 juta, sedangkan di Malaysia hanya sekitar RM120 (sekitar Rp400 ribu). Apa yang menyebabkan perbedaan yang begitu mencolok ini?
Perbandingan Pajak: Indonesia vs Malaysia
Indonesia
Pajak tahunan kendaraan di Indonesia ditentukan berdasarkan beberapa komponen, antara lain:
- PKB (Pajak Kendaraan Bermotor): Umumnya sekitar 1,5% dari nilai jual kendaraan.
- SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan): Biaya tetap sekitar Rp143.000 untuk mobil penumpang.
- Tambahan Pajak Progresif: Berlaku untuk kepemilikan kendaraan kedua dan seterusnya.
Contoh: Untuk Toyota Avanza tahun 2022 dengan NJKB (Nilai Jual Kendaraan Bermotor) sekitar Rp130 juta, pajak tahunannya bisa mencapai Rp3,5–Rp4 juta.
Malaysia
Sementara itu, Malaysia memberlakukan pajak tahunan kendaraan berdasarkan kapasitas mesin (cc), bukan nilai jual kendaraan. Untuk mobil seperti Toyota Avanza (1.3–1.5 liter), pajak tahunan hanya sekitar RM70–RM120 (Rp250–Rp400 ribu).
Mengapa Pajak Mobil di Indonesia Lebih Mahal?
1. Sistem Penilaian Berdasarkan Nilai Kendaraan
Indonesia menggunakan sistem yang mengaitkan pajak dengan harga jual kendaraan. Artinya, semakin mahal kendaraan, semakin tinggi pajaknya. Sementara Malaysia lebih sederhana dengan hanya mempertimbangkan kapasitas mesin.
2. Penerapan Pajak Progresif
Di Indonesia, pajak progresif dikenakan pada kepemilikan kendaraan kedua dan seterusnya. Ini tidak berlaku di Malaysia, sehingga masyarakat yang memiliki lebih dari satu kendaraan tidak dikenai tarif lebih tinggi.
3. Kebijakan Fiskal yang Berbeda
Indonesia mengenakan berbagai pajak tambahan seperti PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) dan PPN. Meski bukan bagian dari pajak tahunan, struktur pajak ini ikut menaikkan total biaya kepemilikan kendaraan.
Dampak terhadap Konsumen
Perbedaan kebijakan ini membuat konsumen di Indonesia menanggung biaya kepemilikan kendaraan yang lebih tinggi dari tetangganya. Dalam jangka panjang, hal ini bisa memengaruhi keputusan pembelian mobil dan daya beli masyarakat.
Apakah Indonesia Perlu Mengubah Sistem Pajaknya?
Ini pertanyaan besar yang terus diperdebatkan. Beberapa ahli menyarankan agar Indonesia mengadopsi sistem pajak kendaraan yang lebih adil dan transparan, misalnya dengan berbasis emisi atau efisiensi bahan bakar seperti di beberapa negara maju.
Kesimpulan
Perbedaan pajak tahunan Toyota Avanza di Indonesia dan Malaysia mencerminkan perbedaan kebijakan fiskal dan pendekatan terhadap kepemilikan kendaraan. Meski setiap negara memiliki alasan masing-masing, transparansi dan efisiensi dalam sistem perpajakan menjadi kunci agar tidak membebani konsumen secara berlebihan.